Olah Raga

Di Balik Kejayaan Liverpool: Bagaimana Mo Salah dan Van Dijk Direkrut

Dua pemain yang ikut mengangkat nama Liverpool ke puncak sepak bola dunia — Mohamed Salah dan Virgil van Dijk — dulunya bukanlah nama yang disambut dengan gegap gempita saat akan direkrut. Tapi proses di balik layar perekrutan mereka menunjukkan betapa pentingnya data, keberanian mengambil risiko, dan kepemimpinan yang percaya pada analisis.

Mo Salah: Antara Data, Keraguan, dan Keputusan Akhir

"Data menunjukkan bahwa Salah punya potensi lebih besar dan cocok dengan gaya bermain kami." — Tim analisis Liverpool

Pada musim panas 2017, Liverpool harus memilih antara dua pemain muda berbakat: Julian Brandt dari Leverkusen dan Mohamed Salah dari Roma. Jurgen Klopp saat itu lebih tertarik pada Brandt, karena ia sudah mengenalnya dari Bundesliga. Tapi tim analisis data Liverpool punya pandangan lain.

Dua Alasan Harga Salah Murah: Kesempatan yang Tak Disia-siakan

"Banyak klub besar tidak tertarik karena mereka hanya melihat kegagalannya di Chelsea." — Ian Graham

Salah dibeli dengan harga yang relatif murah karena dua hal: Roma sedang krisis keuangan, dan citra "gagal" masih melekat pada dirinya setelah periode sulit di Chelsea.

Klopp dan Data: Dua Gaya yang Saling Menguatkan

"Jurgen bukan pelatih yang terjebak pada masa lalu pemain. Ia lebih tertarik pada cerita kebangkitan." — Tim rekrutmen Liverpool

Jurgen Klopp bukan tipe pelatih yang suka melihat grafik atau laporan panjang. Ia lebih suka menonton cuplikan video yang diberi narasi — semacam “cerita visual” tentang apa yang bisa dilakukan seorang pemain dan bagaimana ia cocok ke dalam tim.

Van Dijk: Risiko Mahal yang Ternyata Menguntungkan

"Van Dijk memang mahal, tapi data menunjukkan dia adalah bek terbaik di luar klub Liga Champions." — Ian Graham

Setelah lini depan Liverpool dianggap sudah sangat kuat, perhatian dialihkan ke lini belakang. Pilihan utama? Virgil van Dijk dari Southampton.

Coutinho Keluar, Van Dijk dan Alisson Masuk

"Daripada menumpuk pemain depan, kami memilih memperkuat pertahanan dengan dua pemain kelas dunia." — Tim manajemen Liverpool

Transfer Van Dijk jadi mungkin karena ada satu langkah besar: menjual Philippe Coutinho ke Barcelona.

Kontrak Baru Salah: Masih Layak di Usia 30-an?

"Pemain top dengan fisik kuat seperti Salah cenderung tetap konsisten hingga usia pertengahan 30-an." — Ian Graham

Ketika waktunya memperpanjang kontrak Salah datang, banyak yang bertanya-tanya: apakah masuk akal mempertahankan pemain yang sudah mendekati usia 33?

Karakter: Mencari Pemain yang “Petarung”, Bukan Sekadar “Pemenang”

"Klopp tidak hanya suka pemenang. Ia lebih suka pemain yang mau berjuang mati-matian di lapangan." — Ian Graham

Klopp dan timnya tidak hanya melihat skill. Mereka mencari karakter. Pemain yang tidak hanya ingin menang, tapi berjuang untuk menang.

Kesimpulan: Keberhasilan yang Dibangun, Bukan Kebetulan

"Kesuksesan tidak datang karena mengikuti arus. Tapi karena berani berpikir berbeda." — Ian Graham

Cerita di balik perekrutan Mohamed Salah dan Virgil van Dijk menunjukkan bahwa kesuksesan Liverpool bukanlah hasil keberuntungan semata. Di balik itu ada analisis data yang mendalam, keberanian mengambil risiko, dan keputusan berani yang tidak selalu populer.

Perbandingan Singkat

Faktor Mohamed Salah Virgil van Dijk
Usia saat dibeli 24 tahun 26 tahun
Klub sebelumnya AS Roma Southampton
Alasan harga relatif murah Krisis finansial Roma & “gagal” di Chelsea Belum di klub Liga Champions
Karakter Bangkit dari kegagalan Dewasa & stabil
Dampak Top skor Liverpool Pilar utama pertahanan

Monthly Top