Psikologi

Terjebak dalam Sangkar Opini, Bahaya Besar yang Mengintai Jokowi Haters dan Lovers di Media Sosial

Pernahkah kamu merasa lingkaran pertemanan online kamu di media sosial semakin homogen? Atau kok rasanya kemarahan dan kebencian di sana makin tak terkendali? Kamu tidak sendiri. Fenomena ini bukan lagi rahasia, tapi sebuah ancaman nyata yang kita sebut “echo chamber” atau “filter bubble”. Bayangkan saja, itu seperti sebuah “gelembung opini” atau “sangkar pendapat” yang membuat kita hanya mendengar apa yang ingin kita dengar, dan menganggap itu adalah kebenaran mutlak.

Bahaya ini mengintai siapa saja, baik mereka yang membenci (haters) maupun yang mengagumi (lovers) seorang tokoh, termasuk Presiden Jokowi. Ini bukan cuma masalah opini, tapi bisa merusak mental, merusak hubungan, bahkan menjebloskan orang ke penjara.

Di Indonesia, media sosial bukan lagi sekadar hiburan, melainkan bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Data terbaru menunjukkan bahwa jumlah pengguna media sosial di Indonesia telah mencapai lebih dari 160 juta orang pada awal tahun 2024. Dengan begitu banyak orang berinteraksi dalam ruang digital ini, potensi terbentuknya echo chamber dan dampaknya terhadap opini publik serta kohesi sosial menjadi semakin besar dan mengkhawatirkan.


Mengenali Sangkar Opini: Ciri-ciri dan Penularan Kebencian/Fanatisme

Ciri-ciri Terjebak Echo Chamber

  • Dunia Hitam Putih: kamu hanya terpapar pada informasi yang menguatkan pandangan Kamu sendiri.
  • Alergi Kritik: Sulit menerima kritik atau pandangan yang berbeda.
  • Kita Vs. Mereka: Merasa kelompok sendiri paling benar dan lain adalah musuh.
  • Ilusi Mayoritas: Merasa didukung mayoritas padahal belum tentu.
  • Sulit Berdialog: Diskusi berubah jadi adu emosi.

Penularan Kebencian (atau Fanatisme Buta)

Contohnya:

  • Dari Kritik ke Caci Maki: Perasaan biasa berubah jadi kebencian pribadi.
  • Dari Kekaguman ke Pembelaan Buta: Fakta dikesampingkan demi membela tokoh idola.
  • Meluas ke Lingkaran Terdekat: Fanatisme menyebar ke keluarga dan rekan tokoh.
  • Dehumanisasi Lawan: Lawan dianggap bukan manusia dan pantas dibenci.

Mesin Penguat Ilusi: Algoritma, Bot, dan Buzzer

Algoritma: Sang Koki Pemilih Konten

Media sosial menyajikan konten sesuai preferensi kamu untuk mempertahankan engagement.

Bot dan Buzzer: Peniup Api Ilusi

  • Ilusi Dukungan Massa: Dukungan buatan terlihat seperti mayoritas.
  • Rasa Hebat dan Benar: Membuat pengguna merasa superior dan benar sendiri.

Saat Ilusi Berujung Petaka: Konsekuensi Nyata di Dunia Nyata

Dampak Kesehatan Mental

  • Stres, Cemas, Depresi: Akibat paparan konten penuh emosi ekstrem.
  • Perubahan Kepribadian: Efek disinhibisi online membuat orang berubah kasar.
  • Megalomania Digital: Merasa paling benar dan kebal terhadap kritik.

Dampak Hukum

UU ITE dapat menjerat:

  • Ujaran kebencian
  • Pencemaran nama baik
  • Penyebaran hoaks
  • Penghasutan kekerasan
  • Pornografi anak

Radikalisasi online bisa dimulai dari echo chamber.


Mengapa Sangkar Opini Membelah Kita?

Media sosial memperparah polarisasi dan mempersulit dialog antar pihak berbeda pandangan.

AI memperkuat ini karena mengejar engagement tanpa peduli etika atau moral.


Siapa yang Mengambil Keuntungan?

  • Perusahaan Media Sosial: Untung besar dari engagement.
  • Programmer: Terjebak dilema antara etika dan pekerjaan.
  • Provokator Politik: Sengaja memanfaatkan polarisasi demi kepentingan sendiri.

Keluar dari Gelembung: Solusi dan Harapan

A. Peran Pengguna

  • Jadilah kritis dan cek fakta.
  • Kelola emosi dan perilaku online.
  • Berani beda.
  • Jelajahi platform lain untuk perspektif baru.

B. Tanggung Jawab Perusahaan Media Sosial

  • Ubah algoritma untuk kesehatan digital.
  • Moderasi konten dan bersihkan akun palsu.

C. Peran Pemerintah

  • Regulasi yang adil dan transparan.
  • Penegakan UU ITE tanpa pandang bulu.
  • Edukasi literasi digital secara nasional.

Masa Depan Digital di Tangan Kita

Echo chamber adalah masalah sistemik, tapi bisa diatasi dengan kerja sama antara pengguna, perusahaan, dan pemerintah. Mari ciptakan ruang digital yang lebih sehat dan inklusif.


Deddy K.


Monthly Top