Di jantung gurun yang panasnya membakar siang dan sunyinya menggigilkan malam, berdiri satu negeri yang bukan sekadar kerajaan. Ia bukan sekadar tanah kaya minyak atau panggung kekuasaan. Ia adalah tempat di mana sejarah Islam berdenyut, tempat di mana langkah Nabi Muhammad ﷺ pertama kali menggetarkan dunia.
Arab Saudi — negeri yang sejak kelahirannya memanggul satu gelar mulia yang tak dimiliki negeri lain: Khadimul Haramain Asy-Syarifain, Pelayan Dua Tanah Suci. Gelar ini bukan hanya sebutan, tetapi amanah besar yang dijaga dengan darah dan doa.
Masjidil Haram kini mampu menampung lebih dari 2,5 juta jemaah sekaligus, terutama pada puncak haji. Masjid Nabawi menampung lebih dari 1 juta jemaah. Ribuan petugas kebersihan, keamanan, dan pelayanan siaga siang malam. Di setiap azan, dunia bergetar mendengar panggilan dari menara mereka.
“Kita tidak boleh menutup mata atas jasa besar Arab Saudi dalam menjaga dan memakmurkan dua tanah suci. Dunia Islam berutang pada mereka dalam hal ini.” — Syaikh Yusuf Al-Qaradawi
Kompleks Percetakan Al-Qur’an Raja Fahd telah mencetak lebih dari 350 juta mushaf sejak 1985, dalam lebih dari 70 bahasa. Jutaan mushaf sampai ke Indonesia: ke pesantren, masjid, madrasah, dan rumah-rumah. Di sana, huruf-hurufnya menjadi cahaya bagi anak-anak yang menghafal dan para orang tua yang bertadarus.
“Sebagai bangsa Indonesia, kita patut bersyukur. Ribuan pelajar kita diberi beasiswa, jemaah haji kita difasilitasi, dan mushaf Al-Qur’an gratis dari Saudi telah menghiasi masjid-masjid kita.” — KH. Ma’ruf Amin
Ribuan pelajar Indonesia dan negara lain belajar di Universitas Islam Madinah, Universitas Ummul Qura, dan kampus lainnya. Mereka pulang menjadi guru, dai, dan penjaga ilmu di negerinya. Ribuan masjid dibangun Saudi di Asia, Afrika, dan Eropa.
Saudi juga menjadi tempat pertemuan para pemimpin muslim, membahas tantangan zaman, dan mencari persatuan umat. Nilai-nilai Islam tetap hidup di sana: azan berkumandang lima waktu, toko tutup saat salat, tiada alkohol, dan etika berpakaian ditegakkan.
KSRelief menyalurkan lebih dari USD 1 miliar bantuan (2022) ke Gaza, Yaman, Suriah, Sudan, dan lainnya. Saat tsunami Aceh 2004, Saudi menyumbang USD 33 juta lebih. Di Lombok, Palu, dan bencana lain, tangan mereka hadir bersama kita.
Arab Saudi bukanlah negeri tanpa cela. Namun siapa yang sanggup menyangkal jejak amalnya? Dari padang pasir Makkah hingga tepian Aceh, dari menara Nabawi hingga menara Istiqlal, nama Arab Saudi hadir dalam doa-doa kita. Sebuah negeri yang tak sempurna, tapi pelayanannya pada Islam di zaman modern tak tertandingi.
“Pelayanan Arab Saudi terhadap Islam adalah cahaya yang terus menyala, walau badai zaman terus datang silih berganti.”